simbol kasultanan kasepuhan cirebon |
Mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon berarti mengingat kembali tentang perjalanan Syekh Syarief Hidayatullah, -yang juga dikenal sebagai Sunan Gunung Jati- dalam perjuangannya me-nyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa Barat. Sunan Gunung Jati bertahta sebagai Sultan Cirebon pada periode 1479 - 1568. Setelah era Sultan Cirebon yang terakhir, Panembahan Girilaya, Kesultanan Cirebon terbagi menjadi dua; Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman. Sultan Kasepuhan masa kini dipimpin oleh Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, SE.
Keraton sebagai Museum
Sebagai salah satu bagian dari sejarah kerajaan kuno Indonesia, Keraton Kasepuhan memiliki andil yang cukup besar dalam perjuangan bangsa melawawan penjajah, serta peran Sunan Gunung Jati sebagai salah satu Wali Songo dalam dakwahnya menyebarkan Islam di Jawa Barat. Hal tersebut membuat Keraton menyimpan bermacam koleksi benda pusaka peninggalan sejarah yang cukup lengkap, berupa peralatn perang, karya pahat dan ukiran, instrumen kesenian musik, bangunan berarsitektur kuno, serta koleksi benda bersejarah lainnya.
kereta kencana singabarong |
Kereta Singabarong yang asli sudah tidak dipakai lagi, maka untuk keperluan festival atau acara kebesaran keraton lainnya, pada tahun 1996 dibuatlah duplikatnya. Bedanya, jika pada masa lampau kereta ditarik empat ekor kerbau bulé, untuk kereta duplikat ini ditarik oleh tenaga manusia. Konon pernah dicoba untuk ditarik menggunakan kerbau, namun entah kenapa sang kerbau tidak bergerak untuk menarik kereta tersebut.
Hal lain yang menarik tentang keraton adalah arsitekturnya yang terpengaruh dua budaya kuat, yakni Hindu dan Islam. Pada bagian muka keraton di sebelah kiri, terdapat bangunan yang disebut dengan Siti Inggil yang berarti "tanah tinggi". Di dalam kompleks Siti Inggil terdapat lima pendopo yang memiliki nama dan fungsi masing-masing.
Pendopo tengah bernama Malang Semirang, dengan jumlah tihang utama enam buah yang melambangkan Rukun Iman, dan jika dijumlahkan keseluruhan tihangnya berjumlah 20 buah, yang melambangkan sifat Allah SWT. Pendopo ini berfungsi sebagai tempat Sultan melihat aktifitas latihan keprajuritan yang biasa dilakukan pada hari Sabtu (Saptonan) di alun-alun yang terletak di depan keraton.
pendopo semar tinandu |
Keraton sebagai Objek Wisata
Sejatinya keraton Kasepuhan bisa menjadi objek wisata yang spektakuler bila dikelola secara baik dan profesional. Dengan nama besar Sunan Gunung Jati, ragam koleksi langka museum serta peninggalan bangunan yang masih berdiri megah, sangat disayangkan ada kesan dari wisatawan yang kurang baik, terutama dalam hal kebersihan area keraton dan minimnya penjelasan/keterangan koleksi museum jika pengunjung tidak didampingi pemandu wisata.
Secara pribadi, penulis memimpikan bila suatu saat nanti, baik dari pihak keluarga Sultan yang didukung oleh pemerintah daerah bisa mewujudkan kawasan keraton dengan simulasi tata hidup seperti yang dilakoni pada era kepemimpinan Sunan Gunung Jati.
Aktifitas Saptonan akan menjadi atraksi yang ditunggu wisatawan untuk melihat latihan keprajuritan khas keraton Cirebon, lengkap dengan kostum dan senjatanya. Sultan, permaisuri, putra mahkota dan anggota kerajaan menyaksikan Saptonan lengkap diiringi Gamelan Cirebonan.
Aktifitas keagamaan juga dilaksanakan seperti layaknya pada zaman Sunan Gunung Jati, dengan Adzan Pitu (adzan dengan tujuh mu'adzin dalam waktu bersamaan) di setiap shalat lima waktu, hingga kajian keagamaan rutin dan mendalam sehingga Cirebon tetap dikenal sebagai pusat dan mercu suar Islam khususnya di Jawa Barat, dengan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa sebagai simbolnya.
Untuk aktifitas ekonomi rakyat, Pasar Kasepuhan dapat didorong agar lebih optimal untuk memperkenalkan Cirebon dengan kuliner khasnya, motif batiknya, serta memorabilia lain khas Cirebonan sehingga keraton tidak hanya sebagai simbol sejarah masa lalu sisa kejayaan Sunan Gunung Jati, namun tetap menjadi warisan abadi yang bisa menjadi motor penggerak sendi kehidupan masyarakat Cirebon yang memiliki nilai tambah dalam kehidupan ekonomi dan spiritual.
@hananovic
0 komentar:
Posting Komentar
Welcome Interpreneurs... :)